Pages

Tuesday, December 16, 2008

Mari Menghitung Uban Presiden Yudhoyono

KOMPAS, Selasa, 16 Desember 2008 08:52 WIB

Tanggal 9 September 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono genap berusia 60 tahun. Sebutan ”eyang” kini disandangnya setelah Almira Tunggadewi Yudhoyono, cucunya, lahir pada 17 Agustus 2008.
Usia tidak pernah berbohong. Tumpukan rambut putih di kepala Presiden yang tersisir rapi ke kanan kian bertambah dibandingkan tahun sebelumnya. Rambut itu dibiarkan memutih tanpa upaya menutupinya.
Selain kesadaran bertambahnya usia, makin banyaknya rambut putih di kepala dimaknai Presiden sebagai dampak dari banyaknya waktu yang dipakai untuk bekerja. Moto ”state that never sleep” membimbingnya. Rapat pagi, siang, atau malam di hari kerja atau di hari libur adalah bagian dari konsekuensinya.
Untuk tersitanya banyak waktu keluarga pembantunya di tengah-tengah hari libur, Presiden pernah minta maaf secara pribadi. Anggota keluarga pembantunya tersenyum, menyambut permintaan maafnya.
Setelah kunjungan ke Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, Presiden menggelar rapat kabinet di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (14/12). Dampak krisis keuangan global yang tak ringan membuat intensitas rapat meningkat, seperti pada awal pemerintahan.
”Semakin banyaknya rambut putih di kepala merupakan tanda kami terus bekerja,” ujar Presiden di teras Kantor Presiden, Jakarta, yang diguyur gerimis, akhir pekan lalu.
Banyaknya jumlah rambut putih di kepala mungkin sama dengan banyaknya jumlah berbagai jenis rapat yang dipimpinnya selama empat tahun memerintah. Ada rapat koordinasi, rapat kabinet terbatas, rapat kabinet paripurna, rapat kabinet paripurna yang diperluas, dan berbagai rapat lainnya.
Berbagai jenis rapat yang dapat digelar di mana saja dan kapan saja juga menurunkan berat badan Presiden. Waktu makan kerap terlewat. Gulai kikil yang disiapkan untuk makan siang Jumat lalu, misalnya, baru disantap sekitar pukul 15.00.
”Berat badan saya naik turun selama empat tahun terakhir. Namun, belakangan ini berat badan saya turun,” ujar Presiden saat menunggu kedatangan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi.
Dengan rapat itu, Presiden hendak menunjukkan kepada rakyat, pemerintah bekerja keras. Hasil kerja itu biasanya diumumkan seusai rapat. Jika hasilnya kabar gembira, Presiden yang mengumumkannya.
Penurunan harga bahan bakar bersubsidi jenis premium dan solar, misalnya. Selain mengumumkan kebijakan umum, angka ratusan rupiahnya disebut juga. Kabar gembira seperti ini pastinya tidak akan menambah rambut putih di kepala atau menurunkan berat badannya.
Di setiap tantangan tersedia juga peluang. Di setiap musibah juga ada berkah. Musibah resesi keuangan dunia mungkin belum sangat terasa. Namun, berkahnya berupa merosotnya harga minyak mentah dunia telah dinikmati dan dirayakan bersama. Pengumuman turunnya harga premium dan solar adalah awal dari perayaan itu.
Kebanyakan rakyat menyambutnya dengan gembira. Sambutan gembira penting, mengingat keinginan Yudhoyono untuk maju kembali dalam Pemilihan Presiden 2009 telah dinyatakannya.
Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, Anies R Baswedan menganalogikan tahun 2009 sebagai tahun ”ujian nasional” bagi kepemimpinan Presiden Yudhoyono. Setelah empat tahun menghadapi ”ujian lokal” dengan adanya kesempatan membuat perbaikan, 2009 menjadi masa penentuan kelulusan.
Tidak ringannya ”ujian nasional” pasti akan menambah helai rambut putih dan menurunkan berat badannya. Karena itu, perlu beberapa kali kabar gembira untuk mencegahnya?



>> Kalau menurut saya sich, Pak SBY itu sudah bekerja keras untuk republik kita ini. Banyak kasus korupsi yang terungkap, dan belakangan ini beliau semakin tegas, itu membuat kalangan pejabat getar-getir untuk menghadapi pak SBY. Program beliau memang bagus. Cuma, kurangnya dukungan untuk melaksanakan program itu menjadi hambatan. Terutama dari tikus-tikus yang ngaku dari wakil rakyat. Mau naikin BBM minta keju (uang-red), mau turunin minta juga. Dan dengan sok sucinya bilang, "Kami perihatin, dan seharusnya BBM itu diturunkan." padahal pada nyatanya yang nurunin itu DPR bersama dengan presiden. Presiden ingin turun, DPR bilang "Tidak". Kan gak bisa turun jadinya, sungguh kotornya wakil rakyat di republik kita ini.