Pages

Thursday, October 23, 2008

UGM Bangun Pembangkit Listrik dari Sampah Buah

Universitas Gadjah Mada dan Universitas Boras, Swedia, menjalin kerjasama untuk membangun pembangkit energi dari pengolahan sampah buah dan sayur basah di Kabupaten Sleman. Proyek ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan memanfaatkan sumber energi terbarukan.
Rencananya, proyek kerjasama ini dimulai dengan membangun pengolahan sampah buah dan sayur di pasar Gamping Sleman. Biogas yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk energi listrik dan penerangan.
"Proyeksi kami, dalam 20 tahun ke depan, DIY bisa menggantikan sebagian besar kebutuhan akan listrik dan bahan bakar fosil dengan biogas," kata Siti Syamsiah, Peneliti Pemanfaatan Limbah dari Jurusan Teknik K imia, Fakultas Teknik UGM, di Sleman, Senin (13/10).
Pengolahan sampah ini rencananya akan menggunakan lahan pemberian Pemerintah Kabupaten Sleman seluas 600 meter persegi. Sementara, teknologi pengolahan bekerjasama dengan pemerintah Swedia dengan besarnya nilain bantuan sebesar 1,7 milyar.
Siti mengatakan, para peneliti UGM sudah mengadopsi teknologi pengolahan sampah yang telah digunakan di semua kota di Swedia selama 30 tahun terakhir itu. Setelah berhasil di Kabupaten Sleman, rencananya adalah mengembangkan ke kota-kota lain di Indonesia.
Namun, pemanfaatan teknologi tersebut harus meyesuaikan dengan kondisi lokal di masing-masing daerah. Beberapa daerah yang telah berminat pada teknologi itu Pemerintah Kota Makassar, Jayapura, Pontianak, dan Bandung telah bersedia mengadakan konferensi jarak jauh. "Bila daerah-daerah itu mau, pengembangannya akan semakin cepat," kata Siti.
Pengembang teknologi pengolahan sampah Mohammad Taherzadeh dari Universitas Boras Swedia menyebutkan, 10 ton sampah basah buah dan sayur bisa menghasilkan 700 meter kubik gas metana. "Satu meter kubik gas metan ini setara dengan satu liter bensin," kata Taherzadeh.
Di Swedia, kata Taherzadeh, sekitar 44 persen sampah sayur dan buah sudah diolah menjadi biogas. Dari biogas tersebut dihasilkan energi listrik untuk penerangan dan penghangat ruangan serta bahan bakar bagi kendaraan bermotor.
Dengan energi biogas ini, penduduk di Kota Boras, Swedia, tidak lagi membutuhkan tambahan energi dari bahan bakar minyak (BBM) selama musim panas. Selain lebih murah sekitar 30 persen dari bensin, bahan bakar biogas juga ramah lingkungan dan terbarukan. Tahun 2012 nanti, kita targetkan untuk menggratiskan semua kebutuhan energi, kata Olle Engstrom, Ketua Dewan Energi Kota Boras.

Wew, swedia hebat juga!! (^^) kirain teknologinya dari Jerman ato Rusia gitu...hehehe..Semoga cepat diwujudkan....Silakan komentarnya...

No comments:

Post a Comment